Lulud Prijambodo Ario Nugroho *)

Ujian Akhir Sekolah secara nasional, resmi dihentikan. Adapun pengukuran kompetensi peserta didik diganti menjadi Asesmen Nasional (AN). Uniknya pada kegiatan AsesmenNasional ini adalah pada apa yang akan diuji. Kalau pada ujian sekolah yang diuji adalah pengetahuan peserta didik, maka pada AN oleh pemerintah diukur literasi peserta didik, utamanya adalah literasi baca-tulis dan numerasi.

Kunci utama menyiapkan peserta didik untuk menghadapi AN adalah pendidik harus memiliki keterampilan literasi tinggi. Tingginya literasi pendidik, tentunya dapat mempengaruhi teknik pendidik sebagai bentuk upaya mereka untuk meningkatkan keterampilan literasi peserta didik.  Salah satu trategi untuk meningkatkan literasi para pendidik, pengembang mencoba menerapkan model pembelajaran Bakulikan pada kegiatan fasilitasi bagi pendidik. Mengapa model pembelajaran Bakulikan dipilih? Alasan utamanya adalah untuk memberikan pengalaman belajar kepada pendidik tentang cara meningkatkan literasi para pendidik. Diharapkan pengalaman belajar ini dapat memberi dampak baik bagi para pendidik, sehingga mereka menjadi bersemangat dalam upayanya meningkatkan literasi para peserta didik.

Permasalahan utama pada penerapan model pembelajaran blended Bakulikan pada fasilitasi adalah apakah aktivitas belajar peserta fasilitasi dapat maksimal. Pengembang memiliki asumsi, jika aktivitas belajar dapat maksimal sebagaimana aktivitas belajar yang telah didesain oleh pengembang, maka pada proses itu terjadi peningkatan literasi pendidik. Walaupun sang pendidik yang mengikuti sendiri mungkin tidak sadar bahwa pada dirinya telah terjadi peningkatan literasi.

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan praktik baik penerapan model pembelajaran blended Bakulikan pada kegiatan fasilitasi penerapan pembelajaran blended bagi para pendidik.

Model pembelajaran blended Bakulikan merupakan sebuah model pembelajaran blended dengan kelebihan utamanya dapat meningkatkan keterampilan literasi bagi para pembelajarnya. Rancangan model pembelajaran blended Bakulikan, dibangun berdasarkan dua model pembelajaran dasar, yaitu model pembelajaran blended dan model pembelajaran Bakulikan. Pembelajaran blended adalah pembelajaran dengan menerapkan strategi bauran offline dan online. Walapun kegiatan fasilitasi dilaksanakan secara tatap muka, tetapi strategi offline dan online tetap dapat berlangsung.

Sementara itu, Model Pembelajaran Bakulikan sendiri merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk meningkatkan literasi peserta didik. Ciri khas penerapan model pembelajaran  memahami isi bacaan.  Adapun urutan pembelajaran apabila menggunakan model ini, peserta didik akan mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan urutan membaca-berdiskusi-melihat dan melakukan.

Pada kegiatan fasilitasi yang diselenggarakan oleh dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap. Peserta fasilitasi, lebih kurang berjumlah 70 orang yang berasal dari perwakilan MGMP dari seluruh mata pelajaran di wilayah Kabupaten Cilacap. Waktu penyelenggaraan pada bulan Arpil 2021. Tema fasilitasi adalah bagaimana memilih strategi pembelajaran yang sesuai bagi peserta didik dalam rangka menyiapkan peserta didik untuk menghadapi UBKD. Beberapa tujuan pada kegiatan tersebut adalah :

  1. meningkatkan literasi peserta fasilitasi;
  2. memberikan pengalaman belajar bagi peserta fasilitasi tentang proses meningkatkan literasi, terutamanya membaca dan menulis;
  3. Memberikan alternatif ragam model pembelajaran siswa aktif, sehingga peserta fasilitasi dapat selalu cenderung memilih model pembelajaran siswa aktif pada setiap proses pembelajaran yang dilakukannya.

Strategi yang digunakan pengembang dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran blended Bakulikan. Dengan menerapkan model pembelajaran blended Bakulikan pada kegiatan fasilitasi tersebut, praktis terdapat 3 aktivitas belajar bagi seluruh peserta fasilitasi. Aktivitas tersebut adalah aktivitas belajar dengan menggunakan teknologi informatika, aktivitas belajar mengeksplor informasi, dan aktivitas belajar meningkatkan literasi, yaitu memahami isi bacaan yang mengarah pada peningkatan kompetensi guru dalam memilih model pembelajaran kreatif.

Penerapan model pembelajaran blended Bakulikan pada kegiatan fasilitasi, secara sederhana digambarkan seperti pada gambar 1. Pada gambar selain disajikan alur kegiatan belajar peserta fasilitasi, juga disajikan aktivitas belajar dan model belajar, sehingga jelas kapan peserta fasilitasi belajar secara online maupun offline.

Gambar 1. Alur model pembelajaran blended BaKuLiKan pada keiatan Fasilitasi bagi pendidik

Hasil pengumpulan data kegiatan Fasilitasi

Saat melaksanakan kegiatan fasilitasi, pengembang dapat menghimpun data berdasarkan pada 5 tahap kegiatan besar yang telah dilakukan oleh pengembang, yaitu persiapan, proses belajar membaca, berdikusi, melihat dan melakukan. Hasil kegiatan tersebut, kemudian disusun dalam bentuk tabel, sehingga dapat dengan mudah untuk dianalisis proses fasilitasi dengan menerapkan model pembelajaran blended Bakulikan. Adapun tabel hasil pengamatan tersebutdisajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil pengumpulan data kegiatan fasilitasi

No Tahap Kegiatan Produk
1 Persiapan –          Menyiapkan dan memilih materi dalam bentuk beberapa artikel dan diunggah pada web lpmpjateng.com
–          Mengkompilasi video sekolah diatas awan
–           Merancang strategi penyajian
–          Menyiapkan paparan menggunakan gogleslide
–          Menyiapkan ruang kerja kolaboratif peserta fasilitasi menggunakan gogle slide
1.        Artikel sebanyak 7 artikel dan 3 video tentang “school in the cloud” disiapkan sebagai sarana belajar menggunakan informasi acak yang merupakan ciri dari hypermedia (salah contoh artikel: https://lpmpjateng.go.id/maksimalkan-penggunaan-web-sekolah-pada-pembelajaran-blended-berbasis-masalah/)
2.        Rancangan strategi penyajian
3.        Paparan dalam bentuk gogle slide
4.        Ruang kerja kolaboratif dalam gogle slide
5.        Mengirimkan alamat artikel ke panitia penyelenggara untuk di pelajari terlebih dahulu kepada peserta fasilitasi
2 Membaca –          Memberikan artikel ke peserta fasilitasi sebelum kegiatan
–          Pada saat kegiatan fasilitasi menanyakan keterbacaan artikel dan ketertontonn video
–          Memberikan kesempatan kepada peserta fasilitasi untuk mempelajari artikel
–          Peserta dapat tuntas menyelesaikan membaca artikel yang diberikan dalam waktu 30 menit berjumlah 1 orang
–          Peserta dapat tuntas membaca artikel dalam waktu 35 menit bertambah 1 orang
–          Peserta dapat tuntas membaca artikel dalam waktu 40 menit bertambah 2 orang
–          Peserta dapat tuntas membaca artikel dalam waktu 45 menit bertambah 3 orang
–          Sehingga, dalam waktu 45 menit terdapat tujuh orang dapat membaca tuntas dalam membaca artikel.
–          Hal ini menunjukkan betapa masih belum terbiasanya peserta fasilitasi dalam membaca artikel.
–          Simpulan sementara dari kegiatan ini adalah bahwa pendidik belum memiliki keterampilan literasi yang memadai
3 Diskusi –          Memberikan beberapa pertanyaan pengungkit sebagai bantuan bagi peserta fasilitasi untuk merumuskan isi artikel secara klasikal
Hasil kegiatan diskusi adalah adanya pemahaman  peserta perlunya menggunakan model pembelajaran pada proses pembelajaran supaya terjadi peningkatan literasi peserta didik.
Proses diskusi menggunakan format kolaboratif  yang disiapkan melalui gogle slide. Sehingga hasil diskusi lebih dapat terekam dan hasil diskusi dapat dimanfaatkan oleh seluruh peserta fasilitasi.
4 Melihat -memberikan contoh sederhana tentang strategi pemilihan model pembelajaran siswa aktif yang akan digunakan pada pembelajaran Ditampilkan contoh sederhana proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran blended discovery
5 melakukan Memberikan link ruang kerja kolaboratif, supaya peserta fasilitasi dapat menuliskan ide  perbedaan pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran berbasis proyek Berdasarkan hasil penulisan mereka dapat diambil kesimpulan antara lain:
–          Peserta perlu membiasakan mencari informasi secara mandiri
–          Perlu dibiasakan bekerja secara kolaboratif menggunakan LMS, karena pendidik kekinian tentu saja harus memiliki keterampilan literasi digital cukup
–          Perlu belajar menyajikan hasil belajar secara lebih kreatif

Pembahasan

Kebaruan pada pelaksanaan fasilitasi ini adalah, pengembang menerapkan model pembelajaran siswa aktif saat melakukan proses fasilitasi. Dalam hal ini, pengembang menggunakan asumsi, jika suatu model pembelajaran dapat diterapkan pada proses pembelajaran bagi peserta didik, tentunya juga dapat diterapkan dengan baik jika digunakan untuk membelajarkan orang dewasa. Dalam hal ini adalah pada kegiatan fasilitasi bagi peserta fasilitasi.

Pada kegiatan fasilitasi ini, pengembang memilih untuk menerapkan model pembelajaran Blended Bakulikan. Mengapa model ini yang dipilih? Ada beberapa alasan yang membuat memilih model pembelajaran blended Bakulikan. Alasan tersebut antara lain: 1) perlunya meningkatkan keterampilan literasi peserta fasilitasi; 2) perlunya melibatkan peserta fasilitasi secara aktif pada proses fasilitasi (sehingga model pembelajaran langsung memang sangat dihindari oleh pengembang); 3) perlunya memberikan pengalaman belajar secara aktif bagi peserta fasilitasi  tentang proses belajar supaya literasi peserta fasilitasi meningkat; 4) perlunya strategi taktis supaya peserta fasilitasi dapat menguasai ragam model pembelajaran dengan waktu yang singkat.

Penerapan model pembelajaran Blended Bakulikan pada kegiatan fasilitasi merupakan nama yang panjang, sehingga dapat disederhanakan menjadi model fasilitasi Blended Bakulikan. Tabel 1, menunjukkan proses kegiatan fasilitasi secara detil pada tiap tahap kegiatan fasilitasi. Tahap kegiatan tersebut meliputi kegiatan membaca, diskusi, melihat dan melakukan. Sebagaimana namanya, pada penerapan model fasilitasi blended BakuLiKan, berarti peserta fasilitasi terlibat setiap proses fasilitasi secara aktif. Mengapa? Model Fasilitasi Blended Bakulikan merupakan model fasilitasi aktif dan melibatkan peserta fasilitasi untuk belajar secara online dan offline. Aktivitas belajar peserta fasilitasi tampak sangat padat seperti yang dipaparkan pada tabel 1. Mulai dari kegiatan membaca. Pada aktivitas membaca peserta fasilitasi sudah mulai diajak untuk membuang rasa malas dengan melakukan aktivitas membaca artikel yag disajikan secara online. Beragam alamat link artikel, dapat membantu peserta untuk meningkatkan keterampilan literasi digitalnya. Pada proses pencarian informasi melalui artikel beragam ini, peserta fasilitasi dibiasakan untuk mencari informasi secara random.

Selanjutnya, pada proses diskusi, melihat dan melakukan peserta fasilitasi dituntut untuk mampu bekerja secara kolaboratif dalam mencapai satu rumusan pemahaman baru. Pada proses kegiatan ini, peserta fasilitasi daiajk untuk membangun struktur pengetahuan baru. Pada gilirannya nanti struktur pengetahuan baru tersebut akan berkembang menjadi semakin detil, diharapkan dengan proses kegiatan diskusi, melihat dan melakukan, peserta fasilitasi akan mendapat bangunan utuh terkait pengetahuan dan keterampilan yang menjadi tema kegiatan fasilitasi, yaitu strategi memilih model pembelajaran siswa aktif dalam rangka menyiapkan peserta didik menghadapi UBKD.

Supaya kegiatan fasilitasi dapat maksimal, maka tahap persiapan merupakan tahap yang sangat penting. Pada tahap persiapan, pengembang merancang kegiatan fasilitasi dengan teliti. Hal hal yang diperhatikan oleh pengembang saat melakukan persiapan antara lain adalah a) tema kegiatan fasilitasi; b)durasi kegiatan;c)ragam artikel yang akan dijadikan sebagai materi fasilitasi, materi harus dalam bentuk hypermedia, sehingga peserta dapat mencari secara mandiri artikel tersebut; dan d) ruang kerja kolaboratif, ruang kerja kolaboratif adalah pengganti istilah lembar kerja fasilitasi. Bagi pengembang makna “ruang kerja kolaboratif” memberi kesan dinamis pada proses fasilitasi. Produk dari kegiatan persiapan ini tentu saja meliputi: a) materi dalam bentuk artikel hypermedia pembelajaran dan video pembelajaran yang tersimpan pada link youtube, b) paparan pengantar dalam bentuk googleslide; c) strategi fasilitasi; dan d) beberapa ruang kerja kolaborasi, dalam hal ini pengembang siapkan dua ruang kerja kolaboratif yang disiapkan menggunakan google slide.

 

Penutup

Penerapan model pembelajaran blended pada kegiatan fasilitasi bagi pendidik, dapat dikatakan mampu untuk meningkatkan literasi peserta fasilitasi. Selain itu juga terjadi peningkatan aktivitas pembelajaran pada hamper semua peserta fasilitasi. Sepengamatan pengembang, aktivitas belajar pada proses fasilitasi cukup dinamis dan menyenangkan. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme peserta fasilitasi dan keterlibatan peserta fasilitasi pada kegiatan kolaborasi secara daring. Tercatat sebanyak 70 peserta telah tercatat ikut pada kegiatan interaksi pembelajaran secara daring tersebut.

Walaupun hasil belajar secara kolaboratif  masih sederhana, tetapi pengembang yakin bahwa keterampilan pendidik dapat meningkat dengan pesat. Tentu saja jika dilakukan pembimbingan pendidik secara berkelanjutan. Secara umu akhirnya dapat dituliskan bahwa ketiga tujuan mengapa diterapkan model pembelajaran blended Bakulikan ini dapat dicapai. Apa sajakah ketiga tujuan itu? Ketiga tujuan itu adalah a) meningkatkan literasi peseerta fasilitasi; b) memberikan pengalaman belajar literasi bagi peserta fasilitasi; dan c) membiasakan peserta fasilitasi untuk selalu memilih model pembelajaran siswa aktif.

Ada satu catatn penting pada kegiatan fasilitasi ini, yaitu peserta fasilitasi dapat terlibat lasngsung secara aktif, selama proses fasilitasi berlangsung. Aktivitas peserta fasilitasi inilah yang memunculkan rekomendasi setelah kegiatan ini bagi pengembang yang lain, yaitu selalu menggunakan model pembelajaran siswa aktif saat mereka memberikan fasilitasi.

 

 

Daftar Rujukan

Melvin L. Siberman & Elaine Biech.2015.Active Training: A Handbook of Techniques, Designs, Case Examples, and Tips. New Jersey: John Wiley & Son.

Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.

Nugroho, LPA, 2004.Penerapan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. UNNES; Thesis. Semarang

N.A. Shofiah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Bakulikan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersikap Ilmiah Pada KOnsep Pemantulan Cahaya Kelas VIII. UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Vol. 5. No 1). Semarang.

Febriani. 2016. Pengaruh Strategi Pembelajaran Bakulikan Terhadap Hasil Belajar Pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri I Bajeng Barat. UIN.Jurnal Pendidikan Islam: Makasar

Putri Limilia* & Nindi Aristi. 2019. Literasi Media dan Digital di Indonesia: Sebuah Tinjauan Sistematis. Jurnal KOMUNIKATIF Vol. 8 No. 2

*) Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Jawa Tengah