Siwa-siswa yang bersekolah di beberapa sekolah dasar yang ada di kabupaten Jepara masih terasa asing dengan istilah “Literasi” hal ini dikarenakan siswa-siswa belum terbiasa untuk dilatih kegiatan literasi yang banyak disemarakkan oleh pemerintah seperti yang sudah terlaksana pada sekolah dengan gerakan literasinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantaranya membaca diluar materi pembelajaran yang nantinya akan dilakukan selama 15 menit, perpustakaan dijadikan media utama dalam mencari informasi baik wawasan maupun pengetahuan, adanya pojok membaca dalam setiap kelas serta pos-pos dimana siswa akan merasa nyaman untuk membaca bahkan melakukan aktivitas akademik sebagai contoh diskusi kelompok.

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa abad 21 adalah era digital dimana segala sesuatu dapat diakses dengan mudah hanya dengan menggunakan benda yang cukup digenggam oleh tangan serta lebih praktis karena dapat dibawa kemana-mana tanpa ribet dimasukkan dalam tas bahkan saku  celana saja bisa. Benda tersebut tidak lain adalah handphone (HP). Sekarang ini bukan hanya orang tua yang memanfaatkan saja namun HP sudah banyak digunakan mulai dari anak-anak, remaja  bahkan dewasa pun sekarang sudah tidak sulit lagi ditemui di kalangan masyarakat seperti di tempat umum, lingkungan pendidikan, bahkan di lingkungan keluarga setiap anggota keluarga bisa dipastikan memegang HP sendiri-sendiri.

Adanya fenomena yang demikian menjadikan suatu krisis terhadap kegiatan analisis karena semua serba instan. Dapat diambil contoh mencari informasi terhadap satu hal maka cukup diketik  di papan ketik pada layar HP maka informasi yang bersangkutan akan muncul banyak tinggal dipilih kemudian deskripsi akan berentetan keluar sehingga mudah untuk mengutip sesuai yang diinginkan. HP dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana untuk hiburan terutama anak-anak yang usia sekolah dasar untuk bermain gameonline sehingga akan menarik mereka sebagai sarana hiburan yang nantinya dapat menjadikan kecanduan. Selain adanya gameonline adapula kehadiran aplikasi berupa youtube dimana anak-anak dapat melihat video apa yang mereka inginkan serta mereka dapat dengan mudah mengakses. Apabila fenomena yang ada ini terus menerus dibiarkan bebas tanpa batas kewajaran maka akan menjadikan generasi muda terutama siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar sebagai pondasi masa depan bangsa akan mengutamakan kesenangannya yang mudah didapatkan dengan instan yang akibatkan mereka akan mudah meremehkan permasalahan dan malas untuk dihadapkan pada suatu persoalan yang membutuhkan pemecahan masalah terutama dengan menggunakan metode analisis.

Perlunya pengolahan dan pemberdayaan untuk mengeksplor bakat dan minat siswa-siswa SD dengan cara kegiatan-kegiatan yang menarik baik selama proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar. Gagasan dari pemerintah untuk menumbuhkan dan membiasakan literasi dalam lingkungan sekolah dirasa mampu menanggulagi fenomena yang ada saat ini dikalangan siswa-siswa. Pembelajaran di dalam kelas menjadi rutinitas sehari-hari bagi siswa yang dapat pula dibubuhi dengan bosan karena monoton tidak adanya strategi belajar mengajar di luar ruangan.

Literasi bukanlah suatu kegiatan yang total terpisah dari proses belajar mengajar atau inkurikuler namun literasi dapat dijadikan penunjang atau pendamping untuk proses belajar mengajar bagi siswa. Siswa kelas 6 yang menjadi siswa paling senior di sekolah dasar dari beberapa sempel yang diambil terutama kecamatan welahan kabupaten jepara dikenai wawancara secara tidak langsung dengan menutarakan pertanyaan  apakah mereka masih senang untuk membaca buku di luar materi pembelajaran, kemudian disusul dengan pertanyaan selanjutnya yaitu jika ada dua benda antara  buku dan youtube apa yang akan siswa pilih. Serempak siswa memilih youtube dengan alasan youtube dapat digunakan untuk membaca cerita bergambar seperti cerita yang bergerak ditambah ada suara berupa musik sebagai backsong sehingga lebih menarik dibandingkan cerita yang ada dibuku. Jawaban dari siswa ini dapat dijadikan tolok ukur bahwa siswa sudah terbiasa dan menikmati adanya HP dibandingkan buku.

Perlunya kegiatan untuk memutar strategi  terutama guru kelas untuk dapat mengembalikan jatidiri pendidikan yang tidak bisa dipisahkan secara keseluruhan dengan buku. Hal ini perlu dibidik pada siswa-siswa kelas rendah yang dilaksanakan mulai dari siswa-siswa kelas 1 sekolah dasar. Menumbuhkan literasi pada siswa kelas 1 dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya dengan membangun suasana literasi di dalam kelas. Melalui pojok membaca yang isinya berupa buku cerita yang bergambar namun tidak full dengan tulisan tentu akan menjadikan anak tertarik dengan buku tersebut dimulai dengan tertarik pada gambarnya terlebih dahulu. Selain untuk menarik minat siswa untuk membaca maka buku bergambar tersebut dapat membantu siswa dalam mengenl huruf bagi kelas1 pemula kemudian mengenal nama benda lewat gambar benda tersebut.

Walaupun siswa belum mampu membaca akan terbantu dengan adanya gambar yang ada. Guru dapat membantu siswa dalam menebak nama gambar yang kemudian dapat mengenal huruf dari nama gambar selanjutnya siswa akan diminta membaca huruf tersebut dirangkai dalam bentuk kata dan mengerti pula tulisan nama gambar tersebut. Inilah salah satu manfaat literasi yang ada di dalam kelas.

Pengintegrasian literasi dalam materi selama proses belajar mengajar adalah kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan media buku yang ada di dalam kelas bahkan di lingkungan sekolah. Jika dengan proses belajar mengajar menggunakan tema maka masing-masing pembelajaran yang tergabung dalam satu tema dapat mencangkup materi yang dapat pula dijumpai dalam buku bacaan yang tersedia di pojok membaca sehingga siswa dapat mencarii informasi sendiri walaupun hanya bermodal pada gambar buku yang mereka pilih sebagai sarana untuk menghubungkan materi sesuai arahan guru asalkan mereka mampu untuk memahami maksud dari konsep materi. Maka langkah selanjutnya adalah bagaimana guru untuk mengemas kegiatan pembelajaran dimana sutradara dalam pembelajaran adalah guru sehingga siswa dibuat seantusias mungkin dengan buku bacaan yang ada melalui perantara materi yang hendak dibahas yang demikian ini akan menumbuhkan minat siswa terhadap membaca, peduli dengan bacaan serta merasa butuh dengan adanya buku. Untuk itu, alangkah lebih baik jika literasi tetap difungsikan dalam integrasi kegiatan belajara mengajar di dalam kelas bukan menjadi satuan yang terpisah antara literasi dengan kegiatan belajar mengajar.

 
oleh : Laila Nurul Sufa-SD Negeri 1 Kalipucangwetan Kab Jepara